Wednesday, November 7, 2012


PENDAPAT SEKS EDUCATION DIMASUKKAN KE DALAM PENGAJARAN DI SEKOLAH, ASPEK DAN CARA PENYAMPAIANNYA
Selama ini membicarakan masalah seks adalah hal yang dianggap tabu bagi sebagian besar orang Indonesia dikarenakan kultur dan budaya kita mengikuti budaya timur. Hal ini dikarenakan mind set kita dalam mengenal seks juga salah, kita selalu menghubung-hubungkan masalah seks dengan hubungan intim yang justru akan mendorong remaja berhubungan seks . Padahal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seks diartikan sebagai jenis kelamin, yang secara biologis adalah alat kelamin pria (penis) dan alat kelamin wanita (vagina).
Semakin berkembangnya zaman dan teknologi peredaran media yang berbau seks sudah tidak dapat terbendung lagi yang menimbulkan masalah seks yang selalu bertambah dari tahun ke tahun. Dapat kita lihat dari penuturan  Mestika (1996) yang merangkum dari hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja dibeberapa kota besar antara lain: Sarwono (1970) meneliti 117 remaja di Jakarta dan menemukan bahwa 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Beberapa tahun kemudian, Eko (1983) meneliti 461 remaja dan dari penelitian ini diperoleh data bahwa 8,2% diantaranya pernah melakukan hubungan seks dan 10% diantaranya menganggap bahwa hubungan seks pranikah adalah wajar. Survei yang dilakukan Tjitarra juga memaparkan bahwa mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya berusia 15 – 20 tahun, dan 77% berusia 20 – 25 tahun.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa remaja SMA merupakan salah satu pelaku hubungan seks pranikah yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan suatu sex education pada remaja untuk mencegah terjadinya seks pranikah. Remaja perlu ditumbuhkan kesadaran akan perlunya suatu sikap menghargai dan tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungan melalui informasi tentang hakikat seksualitas pada diri mereka dan pada diri manusia pada umumnya secara benar.  Sex education dapat dilakukan di sekolah dan di rumah, namun sayangnya masih banyak orang tua yang menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga sex education di lingkungan sekolah menjadi salah satu upaya paling efektif dan penting untuk pertumbuhan remaja. Diharapkan dengan adanya sex education di sekolah para remaja mendapatkan informasi pembelajaran seks yang tidak didapatkan di lingkungan rumah sehingga dapat mengurangi masalah-masalah seks seperti AIDS, HIV, kehamilan yang tidak di inginkan dan seks pra nikah.
Adapun aspek-aspek materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah harus sesuai dengan jenjang pendidikan yang di tempuh.  Antara lain sebagai berikut :
            Sekolah Dasar (SD) –> Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
  • Keterbukaan pada orang tua.
  • Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu (hubungan laki-laki dan perempuan; proses membuat anak; dsb.).
  • Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
  • Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
  • Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks à menggunakan bahasa ilmiah, seperti ‘Penis’, ‘Vagina’.
  • Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
  • Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
  • Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ seks/organ reproduksi.
  • Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
  • Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
  • Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
  • Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
  • Ciri seksualitas primer dan sekunder.
  • Proses terjadinya mimpi basah.
  • Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
  • Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya secara umum.
            Sekolah Menengah Pertama (SMP)
  • Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
  • Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
  • Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada sistem organ seks.
  • Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5 dan 6, yakni identitas remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses melahirkan, dan tanggung jawab moral dalam pergaulan.
  • Lebih mengarah ke penyuluhan ‘Safe Sex’. Bukan hanya untuk menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
  • Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut di atas, ditambah bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
  • Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP yakni secara psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi, masalah pacaran dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau membujang, pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan.

            Cara penyampaian pada sex education pada siswa di sekolah berbeda-beda tergantung dengan jenjang pendidikan yang di duduki oleh siswa tersebut. Kita tidak bisa menyamakan cara penyampaian sex education untuk anak SD dan SMA. Untuk siswa SD cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan permainan. Semakin tinggi jenjang pendidikannya maka cara penyampaiannya juga semakin serius. Contoh cara penyampaian untuk siswa SMA : mendatangkan ahli seksiolog, menjadikan suatu tema dalam mata pelajaran bimbingan konseling dll.


DAFTAR PUSTAKA